Archive for July 2010

Boaz Solossa   Leave a comment


Boaz Theofilius Erwin Solossa (lahir di Sorong, Papua, 16 Maret 1986; umur 24 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia yang berasal dari Papua. Ia biasanya bermain sebagai penyerang yang berposisi di sebelah kiri lapangan. Saat ini ia bermain di Persipura Jayapura. Kakaknya, Ortizan Solossa, adalah pesepak bola yang juga bermain bersamanya di Persipura Jayapura. Paman Boaz, JP Solossa adalah mantan Gubernur Papua.

Mungkin karena usianya yang masih muda, Boaz sering bersikap temperamental dan mudah bereaksi kasar di lapangan. Pada 25 Oktober 2005, ia dijatuhi hukuman skorsing selama satu tahun tidak boleh bermain sepak bola di ajang nasional maupun internasional oleh PSSI karena terbukti menendang wasit dalam pertandingan Piala Indonesia antara Persipura melawan Persebaya pada 12 September 2005. Pada tanggal 28 maret 2007 boas memulai lagi debutnya di timnas u-23 melawan libanon, namun timnas indonesia mengalami kekalahan dengan skor 2-1 untuk keunggulan libanon

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Tokoh Pemain Bola Nasional

Markus Haris Maulana   Leave a comment


Marcus-horison.gif

Markus Haris Maulana (lahir di Pangkalan Brandan, 14 Maret 1981; umur 29 tahun; sebelumnya dikenal sebagai Markus Horison Ririhina)[1] adalah seorang pemain sepak bola asal Indonesia. Posisinya adalah penjaga gawang dan tinggi badannya 186 cm. Di tingkat klub ia memperkuat Persib Bandung yang bermain di Liga Super Indonesia. Sebelumnya ia pernah pula memperkuat Persiraja Banda Aceh dan Arema Indonesia. Horison dikenal memiliki kelebihan dalam menghadapi umpan lambung. Ia pernah terpilih sebagai pemain terbaik turnamen Piala Emas Bang Yos pada tahun 2006.

Di tingkat daerah, Markus pernah memperkuat tim Sumatera Utara pada PON XV 2000 di Jawa Timur dan PON XVI 2004 di Palembang. Di tim nasional sepak bola Indonesia, Markus mengawali debutnya di turnamen internasional resmi dengan penampilan yang cemerlang saat Indonesia kalah 0-1 melawan Korea Selatan di Piala Asia 2007.

Karier

Sebelum Persib

Sebelum bergabung bersama persib, ia sempat bergabung membela klub PSL Langkat, PS Batam, PSKB Binjai, PSMS Medan, Persik Kediri, PSMS Medan danArema Indonesia.

Persib Bandung

Ia dikontrak persib di pertengahan musim 2009-2010 Liga Super Indonesia. Penampilan pertamanya adalah ketika menggantikan Sinthaveechai Hathairattanakool di menit 84 ketika bermain melawan Persisam Samarinda.

Penghargaan

Markus merupakan orang Indonesia pertama ketika terpilih sebagai salah satu dari nominasi Konfederasi Sepak Bola Asia untuk pemain terbaik Asia tahun 2009.[3] Ia juga terpilih sebagai salah satu nominasi pemain dari Perang Bintang 2010, sebuah ajang sepak bola persahabatan yang mengumpulkan pemain-pemain sepak bola terbaik dari Liga Super Indonesia.[4]

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Tokoh Pemain Bola Nasional

Budi Sudarsono   Leave a comment


Budgol.gifBudi Sudarsono (lahir di Kediri, Jawa Timur, 19 September 1979; umur 30 tahun) adalah seorang pemain sepak bola andalan tim nasional (timnas) Indonesia saat ini. Gocekan mautnya seakan dijadikan momok oleh lawan-lawannya saat bertanding di lapangan. Sempat dipanggil timnas untuk bermain di kejuaraan Piala Asia pada tahun 2004, ia berhasil menorehkan gol kemenangan saat bertanding melawan Qatar.

Julukan

Ada berbagai julukan yang diberikan kepada Budi Sudarsono, seperti “budigol” maupun si “ular phyton”. Hal ini tidak terlepas dari gaya permainan yang ia peragakan, yang dapat mengundang decak kagum bagi siapa saja yang melihat aksinya. Ia dapat dikatakan sebagai seorang striker yang oportunis dan mampu memanfaatkan berbagai peluang, bahkan pada ruang sempit sekalipun. Sayangnya emosi kadang membuatnya hilang kendali. Peluang yang matang sekalipun kadang tidak dapat diselesaikan menjadi gol.

Karier Klub

Budi sempat bergabung dengan klub Deltras Sidoarjo, Persija Jakarta, dan Persik Kediri.

[sunting] PDRM

Berakhirnya Liga Indonesia 2007, Budi mencoba peruntungan di Malaysia dengan menerima tawaran PDRM (Polis Diraja Malaysia), klub anggota Liga Super Malaysia. Budi dikontrak selama 4 bulan dengan nilai kontrak sekitar Rp 800 juta. Sejauh ini Budi telah mencetak 3 gol, 2 gol dicetak pada debutnya bersama PDRM di ajang Piala FA Malaysia melawan KOR RAMD dengan skor akhir 5-1 untuk PDRM. Sebuah golnya dipersembahkan di Liga Super Malaysia ke gawang Perak FC, gol pembukanya tidak membawa kemenangan untuk timnya, PDRM dibantai Perak FC dengan skor 5-1.

Persib Bandung

Setelah masa pinjaman bersama Sriwijaya FC dan kontrak nya bersama Persik Kediri berakhir, Budi dikontrak oleh Persib di musim 2009-10 Liga Super.

Karier Timnas

Bersama Persik Kediri, ia sempat dilanda cedera yang agak parah, sehingga pada saat yang bersamaan ia tidak dipanggil oleh timnas dalam beberapa even. Bahkan, saat timnas mangikuti pertandingan piala AFF, Budi hanya dimainkan pada satu pertandingan, itu pun hanya setengah babak saja.

Pada pertandingan Piala Asia 2007, Budi mencetak gol pertama Indonesia ke gawang Bahrain dengan kemenangan untuk Indonesia 2-1[1]. Pada pertadingan kualifikasi Piala Asia 2011, Budi mencetak gol untuk Indonesia ke gawang Kuwait tetapi Indonesia di tahan seri 1-1

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Tokoh Pemain Bola Nasional

Bambang Pamungkas   Leave a comment


Bambang.gifBambang Pamungkas (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 10 Juni 1980; umur 30 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Saat ini dia bermain untuk Persija Jakarta di Indonesia Super League dan pernah mewakili negara dalam timnas sepak bola Indonesia. Dia biasa berposisi sebagai penyerang.

Meskipun tidak terlalu tinggi (168 cm), Bambang mempunyai lompatan yang tinggi dan tandukan yang akurat. Salah satu pemain yang dikaguminya adalah rekannya dalam tim nasional, Kurniawan Dwi Yulianto.

Saat masih bermain dalam tim remaja Jawa Tengah, ia pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Haornas, sebuah kejuaraan tingkat remaja. Bambang juga pernah menjadi pencetak gol terbanyak untuk skuad Indonesia di Piala Asia U-19 Grup V, dengan 7 gol.

Penampilan pertama Bambang bersama timnas senior adalah pada 2 Juli 1999 dalam pertandingan persahabatan melawan Lituania. Bambang, yang saat itu baru berusia 18 tahun, berhasil menciptakan sebuah gol dalam pertandingan yang berakhir seri 2-2.

Karir profesional

Bambang menjaringkan 2 gol pada musim pertamanya di Liga Indonesia walaupun tim yang diwakilinya Persija Jakarta gagal ke babak akhir. Saat musim tersebut berakhir, Bambang bergabung dengan sebuah tim divisi 3 Belanda, EHC Norad. Namun masalah keluarga dan kegagalan dalam menyesuaikan diri dengan cuaca sejuk Eropa menyebabkan beberapa bulan setelah itu, EHC Norad meminjamkan Bambang kembali kepada Persija sebelum kedua-dua pihak mengakhiri kontrak atas persetujuan bersama.

Setahun kemudian, Bambang menjadi pencetak gol terbanyak dengan 8 gol sekaligus membantu Indonesia menjadi juara kedua Piala Tiger 2002.

Hingga penampilan terakhirnya untuk Indonesia pada kualifikasi Piala Dunia 2006 melawan Sri Lanka pada September 2004, Bambang telah menjaringkan 18 gol dalam 35 penampilan. Namun masalah kecederaan serta prestasi yang menurun (kali terakhir Bambang menjaringkan gol untuk Indonesia adalah pada 12 Februari 2004) menyebabkannya tersisih dari skuad Piala Tiger Indonesia 2004. Saat rekan-rekannya berjuang di Piala Tiger, Bambang menandatangani kontrak dengan Selangor FC. Hingga Juli 2005, ia adalah pencetak gol terbanyak untuk timnya dengan 22 gol.

Musim 2007 ia kembali memperkuat Persija Jakarta di Liga Indonesia. Pada 10 Juli 2007, ketika pertandingan Indonesia-Bahrain, ia mencetak gol, memastikan Indonesia menang 2-1.

Perjalanan karier

  • SSB Ungaran Serasi (1988-1990)
  • Diklat Salatiga (1990-1995)
  • Persikas Kab. Semarang (1992)
  • Persikas Apac Inti (1995-1999)
  • Persija Jakarta (1999-2000)
  • EHC Norad (2000-2001)
  • Persija Jakarta (2001-2004)
  • Selangor FC (2005-2006)
  • Persija Jakarta (2007-sekarang)

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Tokoh Pemain Bola Nasional

James Brown   Leave a comment


James Joseph Brown, Jr. (3 Mei 1933 – 25 Desember 2006), sering digelari “The Godfather of Soul”, adalah seorang penghibur (penyanyi dan pemusik) dari Amerika Serikat yang diakui sebagai figur berpengaruh pada musik populer abad ke-20.

Jb-godfatherofsoul.jpg

Riwayat hidup

Kelahiran dan keluarga

Brown lahir pada 3 Mei 1933 di Barnwell, South Carolina (AS). Orangtuanya berpisah ketika ia baru berusia empat tahun. Ia tinggal di sebuah rumah bordil yang dijalankan oleh bibinya di Augusta, Georgia.

Ia tumbuh dalam kemiskinan dan kejahatan. Pada usia 16 tahun untuk pertama kali ia ditangkap lalu dijatuhi hukuman delapan hingga 16 tahun menjadi buruh kasar gara-gara melakukan perampokan bersenjata. Pada 1987, untuk kelima kalinya dalam 10 bulan, ia ditangkap karena mengonsumsi obat-obatan terlarang. Oleh istrinya, ia pernah dituduh telah melakukan penyerangan dan pemukulan. Pada tahun berikutnya, ia dihukum enam bulan penjara atas tudingan telah melakukan percobaan pembunuhan. Pada Februari 1991 ia dibebaskan dengan syarat ia tak akan lagi menggunakan atau memiliki senjata.

Brown menikah empat kali. Dengan istri terakhirnya, penyanyi latar Tommie Raye Hynie, ia dikaruniai seorang anak.[1]

Kematian

James Brown, artis musik legendaris AS yang telah membentuk R&B, funk, dan disko Amerika selama 50 tahun, meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Georgia (AS), Senin (25 Desember 2005), dalam usia 73 tahun.

Penyanyi, pencipta lagu, produser, aranjer, dan pemain keyboard itu mengembuskan napas terakhirnya karena komplikasi radang paru-paru. Berita duka tersebut disampaikan oleh Intrigue Music, agensinya. Menurut Intrigue Music, Brown meninggal dunia di Emory Crawford Long Hospital, Atlanta (Georgia), pada pukul 01.45 waktu setempat, karena, “Gagal jantung sebagai akibat dari radang paru-paru.”

[sunting] Karier bermusik

Awal berkarier

Brown memulai karier musiknya dengan The Gospel Starlighters pada 1955. Ia lalu bergabung dengan Bobby Byrd dalam The Avons dan kemudian masuk ke The Famous Flames, yang dikontrak oleh King Records. Please, Please, Please, single pertama Brown, dirilis pada 1956 dan mencapai posisi keenam pada tangga-tangga lagu R&B.

Try Me, lagu lain Brown, menjadi single R&B terlaris pada 1958. Try Me juga menjadi lagu pertama dari 17 lagu Brown yang mencapai puncak tangga-tangga lagu R&B hingga dua dekade berikutnya.

Dengan musiknya yang masuk ke wilayah mainstream, pada 1960-an ia berhasil menggalang penggemar yang lebih luas. Live at the Apollo, Vol.1 (1963) menempati urutan kedua tangga-tangga album. Pada 1965, ia merekam single Papa’s Got a Brand New Bag, yang menduduki puncak tangga-tangga lagu R&B selama delapan minggu dan masuk Top Ten untuk lagu-lagu pop. I Got You (I Feel Good), yang juga dirilis pada 1965, berada di nomor tiga dalam Top Ten.

Penggemarnya bertambah luas lagi dengan aksinya dalam film konser The T.A.M.I. Show (1964), yang juga menampilkan The Rolling Stones, Chuck Berry, dan The Supremes.

Pada akhir 1960-an, majalah Look menobatkan James Brown menjadi The Most Important Black Man in America. Pada 1970, Brown dan Byrd membentuk sebuah band baru, The JB’s, yang melibatkan pemain bas Bootsy Collins, gitaris yang juga saudara Bootsy, Phelphs “Catfish” Collins, dan peniup trombon Fred Wesley.

Lagu-lagu populer Brown pada 1970-an, antara lain, Hot Pants dan Get Up (I Feel Like Being A) Sex Machine. Pada dekade selanjutnya, ia mengenyam lebih lagi keberhasilan di jalur mainstream dan membuat cameo dalam sejumlah film seperti The Blues Brothers dan Doctor Detroit. Sejumlah lagunya bisa pula dinikmati sebagai soundtrack film dan tayangan televisi. Ia telah memusiki film Black Caesar (1973) dan membawakan lagu Living in America untuk film Sylvester Stallone, Rocky IV (1985). Living in America mendatangkan sebuah tropi Grammy baginya pada 1987.[1]

The Hardest Working Man in Show Business

Brown, yang menjuluki dirinya “Godfather of Soul“, juga dikenal sebagai “Soul Brother Number One” dan “The Hardest Working Man in Show Business“.

Ia masih terus tampil, setidaknya dalam 100 pertunjukan per tahun. Ia sempat pula manggung di Jakarta International Java Jazz Festival 2005 di Plenary Hall, Jakarta Convention Center. Ia telah pula dijadwalkan akan menjadi penampil utama dalam sebuah pesta malam tahun baru yang akan digelar pada Minggu nanti (31/12) di B.B. King Blues Club and Grill di New York (AS).

Brown merupakan seorang artis musik besar yang menginspirasi banyak artis musik dari generasi-generasi yang berbeda, dari Mick Jagger, David Bowie, dan Michael Jackson, hingga para rapper yang amat mencontoh musiknya yang sangat nge-groove. Kekuatannya meluas sampai ke kehidupan politik dan budaya AS pada akhir 1960-an, ketika ia memberi suaranya untuk gerakan hak sipil lewat lagu-lagunya, antara lain, Say It Loud dan I’m Black and I’m Proud (1968).

Sepanjang hidupnya, Brown telah menerima sederet penghargaan. Sebut saja, dua tropi Grammy, sebuah Grammy Lifetime Achievement Award pada 1992, dan sebuah penghargaan bergengsi Kennedy Center Honors pada Desember 2003.

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Tokoh Penyanyi Terkenal

Charles Aznavour   Leave a comment


Charles Aznavour (bahasa Armenia: Շառլ Ազնավուր; lahir di Paris, 22 Mei 1924; umur 86 tahun) adalah penyanyi legendaris Armenia-Perancis, sekaligus seorang aktor dan pencipta lagu. Sepanjang kariernya, Aznavour telah membintangi 60 judul film, menulis lebih dari 1.000 lagu (termasuk 150 lagu berbahasa Inggris, 100 lagu berbahasa Italia, 70 lagu berbahasa Italia, dan 50 lagu berbahasa Jerman), dan rekamannya terjual lebih dari 100 juta keping.[1]

Charles Aznavour
Aznavour menyanyikan "La Bohème", di Paris Olympia, 1968.

Karier film

Profesi sebagai penyanyi berjalan bersamaan dengan kariernya di bidang film. Di antara peran Aznavour yang sering diingat orang adalah sebagai Édouard Saroyan dalam film Tirez sur le pianiste (sutradara François Truffaut, 1960). Pengamat film memuji penampilan Aznavour dalam film And Then There Were None (1974). Ia ikut sebagai peran pendukung dalam film The Tin Drum (1979) yang mendapat penghargaan Academy Award 1980 untuk kategori Film Asing Terbaik. Pada tahun 2002, Aznavour ikut membintangi film Ararat sebagai sutradara bernama Edward Saroyan.

[sunting] Biografi

Dilahirkan sebagai Shahnour Vaghinagh Aznavourian, orang tuanya adalah imigran asal Armenia, Michael and Knar Aznavourian[2] Ia pertama kali naik pentas memakai nama panggung “Aznavour” sewaktu masih berusia 9 tahun. Sejak masih kecil, orang tuanya memang sudah memperkenalkan Aznavour dengan dunia teater. Kesempatan emas diraih Aznavour setelah penyanyi Édith Piaf mendengarnya menyanyi dan mengajaknya ikut serta dalam pertunjukan keliling di Perancis dan Amerika Serikat.

Aznavour sering dijuluki “Frank Sinatra dari Perancis”, dan sebagian besar dari 1.000 judul lagu yang ditulisnya selalu tentang cinta. Ia juga pernah menulis sandiwara musikal, dan tampil di 60 judul film, termasuk Shoot the Piano Player dan The Tin Drum. Aznavour bisa bernyanyi dalam banyak bahasa (Perancis, Inggris, Italia, Spanyol, Jerman, Rusia, Armenia, dan Portugis). Kemampuan Aznavour membuka kesempatan bagi dirinya untuk melakukan konser di Carnegie Hall dan berbagai arena bergengsi di seluruh dunia. Sebuah lagu bisa dibawakan Aznavour dalam berbagai bahasa, misalnya lagu “Que C’est Triste Venise” (versi asli dalam bahasa Perancis), menjadi “How Sad Venice Can Be” (bahasa Inggris), “Com’è Triste Venezia” (bahasa Italia), “Venecia Sin Ti” (bahasa Spanyol), “Venedig im Grau” (bahasa Jerman). Aznavour juga pernah merekam sebuah lagu karya penyair Sayat Nova dalam bahasa Armenia.

Pada tahun 1970-an, Aznavour sukses besar di Britania Raya. Lagu “She” menduduki puncak tangga lagu Britania. Lagu lainnya yang terkenal di Britania adalah “Dance in the Old Fashioned Way”.

Aznavour pernah ikut rombongan kabaret di Montreal, sekaligus membuatnya selalu mengagumi Québec dan membeli sebuah rumah di Montreal. Ia pernah membantu pencipta lagu sekaligus penyanyi asal Québec, Lynda Lemay sewaktu berkarier di Perancis.

Aznavour banyak membantu korban gempa bumi 1988 di Armenia lewat organisasi amal “Aznavour for Armenia”. Di Jalan Abovian, pusat kota Yerevan terdapat alun-alun yang namanya diambil dari nama Aznavour. Aznavour menjabat anggota dewan pembina Armenia Fund International yang telah mengucurkan lebih dari US$150 juta sejak tahun 1992 dalam bentuk dana bantuan kemanusiaan dan pembangunan infrastruktur di Armenia. Pemerintah Perancis memberikannya penghargaan Légion d’honneur kelas “Officier” (perwira) pada tahun 1997.

Penyanyi lain sering membawakan lagu-lagu Aznavour, mulai dari Fred Astaire dan Bing Crosby, hingga Ray Charles dan Liza Minnelli. Pada tahun 1974, Jack Jones membuat album yang seluruhnya berisi lagu ciptaan Aznavour dan diberi judul “Write Me A Love Song, Charlie”.[3]. Lagu “She” pernah dinyanyikan Elvis Costello untuk film Notting Hill. Plácido Domingo adalah teman baiknya, dan sering membawakan lagu-lagu hit ciptaan Aznavour, terutama lagu “Ave Maria” versi Aznavour.

Pada tahun 2006, Aznavour mengadakan pertunjukan keliling di AS dan Kanada yang disebutnya farewell tour (tour perpisahan). Pada tahun 2007, pertunjukan keliling Aznavour dilangsungkan di Jepang dan negara-negara Asia lainnya. Aznavour, 82 tahun, mengatakan pertunjukannya kali ini sebagai tur perpisahan, walaupun kondisi kesehatannya masih prima. Aznavour sekarang masih bernyanyi dalam berbagai bahasa dan masih hafal tanpa perlu teleprompter. Walaupun demikian, ia sekarang hanya bernyanyi dalam dua atau tiga bahasa (bahasa Perancis dan Inggris, ditambah bahasa Spanyol atau Italia).[1] Tanggal 20 September 2006, Aznavour mengadakan konser besar-besaran di ibu kota Armenia, Yerevan. Konser tersebut merupakan pembuka festival budaya “Arménie mon amie” yang dilangsungkan di Perancis. Sewaktu konser, presiden dari kedua negara, Robert Kocharian dan Jacques Chirac duduk di kursi deretan paling depan.

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Tokoh Penyanyi Terkenal

Marcell Siahaan   Leave a comment


Marcellius Kirana Hamonangan Siahaan (Bandung, Jawa Barat, 21 September 1977), akrab dipanggil Marcell Siahaan atau Marcell, adalah seorang musisi, penyanyi dan aktor dari Indonesia. Dalam diri Marcell mengalir darah campuran Batak, Jawa dan Ambon. Namanya mulai dikenal sejak berduet dengan Shanty di lagu “Hanya Memuji”. Marcell adalah suami dari mantan finalis Miss Singapore Universe 2001, aktor dan pembawa acara, Rima Melati Adams, yang berkewarganegaraan Inggris namun menetap di Singapura.Marcellius Kirana Hamonangan Siahaan (Bandung, Jawa Barat, 21 September 1977), akrab dipanggil Marcell Siahaan atau Marcell, adalah seorang musisi, penyanyi dan aktor dari Indonesia. Dalam diri Marcell mengalir darah campuran Batak, Jawa dan Ambon. Namanya mulai dikenal sejak berduet dengan Shanty di lagu “Hanya Memuji”. Marcell adalah suami dari mantan finalis Miss Singapore Universe 2001, aktor dan pembawa acara, Rima Melati Adams, yang berkewarganegaraan Inggris namun menetap di  Marcell Siahaan.jpg

Biografi

[sunting] Masa Kecil

Sejak kecil, Marcell telah akrab dengan musik. Kakeknya, alm. R.M. Soebroto Hardjowahono yang berdarah Solo, mengenalkan Marcell pada musisi seperti Nat King Cole, Frank Sinatra, Benny Goodman, Sarah Vaughn, Salena Jones dan Count Basie. Kakeknya juga mengenalkan dirinya pada musisi-musisi pop yang lebih modern seperti Gloria Estefan dan Celine Dion. Neneknya, alm. Doortje F.S. Noya yang berdarah Ambon, adalah instruktur piano jazz. Ayahnya, Paian Siahaan, S.H., adalah penyuka musik-musik rock legendaris seperti Chicago, The Doors, Rolling Stones dan The Beatles. Ibunya, R.A. V. Indrasari, adalah penyuka musik lokal seperti Broery Pesolima, Chrisye, Keenan Nasution dan Yockie Soerjoprajogo. Pamannya, R.M. Dr. Bayu Seto, S.H., LLM, adalah penggemar musik Rock, Art dan Progressive Rock serta New Age yang memasukkan pengaruh Black Sabbath, Grand Funk Railroad, Genesis, Deep Purple, Led Zeppelin sampai Sarah Brightman dan Enya ke dalam dirinya. Kedua kakaknya, Mariasari dan Bonavena, juga mengakrabkan musik tahun 1980an mulai dari Adult Contemporary seperti Hall & Oates, Luther Vandross, George Duke, Kool & The Gang, Earth,Wind & Fire, Imagination, lalu kemudian New Wave (sekarang akrab disebut Pop Electronic) seperti Duran Duran, A-ha, The Cure, Erasure, Depeche Mode, Pet Shop Boys sampai Rock seperti Queen, Whitesnake, Rush dan KISS. Semua jenis musik tersebut membuat referensi bermusik Marcell semakin luas.

Kesukaannya pada musik membawa Marcell untuk ingin mendalami instrumen musik. Awalnya, ia ingin belajar gitar seperti kakaknya. Namun karena merasa dirinya tidak ingin disamakan dengan kakaknya, perhatiannya beralih ke bass akibat pengaruh Gene ‘The Demon’ Simmons-nya KISS. Merasa masih kurang cocok, akhirnya Marcell memilih instrumen drum yang disukainya saat melihat permainan alm. Eric ‘The Fox’ Carr yang juga pernah menjadi drummer KISS. Instrumen inilah yang akhirnya dia dalami.

[sunting] Karier

Saat duduk di bangku SMP, saat sedang serius bermain skateboard, Marcell diajak Robin ‘Low’ Malau, teman kakaknya untuk membuat band bersama. Saat itu mereka berdua sedang ‘frustrasi’ karena sama-sama tidak bisa menonton konser Sepultura di Jakarta tgl 8 Juli 1992. Marcell memutuskan untuk mengikuti kursus drum di Purwacaraka Music School, Bandung. Dalam hitungan bulan, band mereka, Puppen terbentuk. Tak disangka band tersebut menjadi salah satu band underground terkemuka di Bandung. Album-albumnya : Not A Pup (EP) dan MK II laris terjual secara DIY (Do-It-Yourself, kini lebih sering disebut Independent atau Indie). Puppen menjadi salah satu legenda musik underground Indonesia. Meskipun Puppen mengkilap di jalur underground, Marcell tetap setia pada segala jenis musik termasuk Adult Contemporary dan Pop. Disaat yang bersamaan, Marcell juga sempat membuat beberapa kelompok acapella antara lain bernama Six of One, Falz No Boyz dan Smooth (yang terakhir ini adalah grup acapella-nya bersama Gail Monoarfa, mantan vokalis Yovie & The Nuno yang juga adalah adik kelasnya) yang membawakan lagu-lagu Shai, 4pm, Color Me Bad dan Boyz II Men di sekolahnya, SMU St. Aloysius, Bandung. Tapi semuanya hanya berlangsung sementara dan tidak berkomitmen untuk serius.

Tahun 1998, Marcell memutuskan keluar dari Puppen karena ia merasa Puppen tidak membuatnya berkembang secara musikalitas dan lebih ingin berkonsentrasi melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Setelah itu namanya sempat tenggelam. Namanya baru kembali sayup terdengar saat Marcell membentuk sebuah band beraliran modern rock bernama The Experimental Jetset yang juga berbasis di Bandung. Band ini sempat mengeluarkan sebuah album untuk kemudian bubar karena alasan ketidakcocokan visi dan komitmen.

Tahun 2001, Marcell bergabung dengan paduan suara Glorify The Lord Ensemble pimpinan Daud P.M. Saba yang aktif di bidang pelayanan dari gereja ke gereja dan berbagai kegiatan sosial lainnya. Baginya, paduan suara ini jugalah yang telah memberikan kontribusi sangat besar dalam karier bernyanyinya. Bahkan sampai saat ini salah satu sahabatnya di paduan suara, Jeffry Wattimena, masih terus membantunya sebagai penyanyi latar.

Tahun 2002, Marcell tiba-tiba dikenal oleh publik saat berduet dengan Shanty di lagu ‘Hanya Memuji’ yang diambil dari single album pertama Shanty. Marcell berhasil menjadi teman duet Shanty atas bantuan dari sahabatnya yang juga anggota Glorify, Michael Hutagalung (Michael Hutagalung pernah berduet dengan penyanyi Filipina Maribeth dalam lagu berjudul ‘Love Duet’ beberapa waktu lampau) yang membantunya memainkan piano dan merekamkan demo seadanya. Bisa dibilang Michael Hutagalung adalah juga panutan Marcell saat belajar bernyanyi lebih serius. Banyak yang menganggap Marcell ber`khianat` terhadap aliran musik Rock yang selama ini (dikatakan orang) diyakininya dan ini sama sekali tidak mempengaruhinya untuk terus menjalani karier bermusiknya.

Tahun 2003, alumnus Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan ini merilis album solo pertamanya bertitel “Marcell”. Album ini kental dengan warna musik Urban Pop. Kesepuluh lagunya didominasi oleh lagu-lagu bertempo lambat dan sedang seperti “Semusim”, “Firasat”, “Jangan Pernah Berubah” dan “Waktu Kan Menjawab”. Marcell melibatkan pencipta lagu handal antara lain Melly Goeslaw, Glenn Fredly dan juga para aranjer handal seperti Tohpati, Iso, Aksan Sjuman dan EQ Humania.

Tahun 2004, Marcell menghadirkan edisi khusus Repackaged dari album sebelumnya dengan tambahan 2 lagu baru, “Ku Tak Mendua” dan “Mendendam” yang keduanya diciptakan oleh Tengku Shafick.

Tahun 2006, Marcell kembali mengeluarkan album keduanya berjudul “Denganmu”. Bagi banyak orang, lagu-lagu di album keduanya jauh lebih ‘berat’ dan ‘soulful’ dari album pertamanya. Dibandingkan album pertama, Marcell lebih banyak turun dan menangani langsung album ini sehingga sedikit banyak idealismenya bermusik terlihat. Marcell menggandeng musisi-musisi seperti Andezzz yang menulis lagu berjudul ‘Pelukan (Untukku)’, Toma Pratama, bassis kelompok Mocca yang menulis lagu berjudul ‘Jiwa Yang Hilang’, Irvan Chasmala sebagai Music Director dan aranjer, Andi Rianto dan juga EQ Humania yang mengijinkan lagu “Jelita” dari album kedua Humania berjudul ‘Sahabat Lama’ untuk dinyanyikan ulang. Terdapat juga dua lagu ciptaan Dewi Lestari yaitu “Semua Yang Terlambat’ dan ‘Jika Cinta Harus Buta’ serta dua lagu ciptaan Marcell sendiri yaitu ‘Seperti Yang Kau Minta’ dan ‘Temani Diriku’. Album ini mendapat banyak sekali pujian dari sisi kualitas produksi namun tidak terlalu berhasil secara penjualan dibandingkan dengan album pertama.

Tahun 2008, Marcell mengeluarkan album ketiganya yang berjudul “Hidup”. Di album ini Marcell bekerjasama dengan seorang produser, musisi dan juga gitaris handal Indonesia, Tohpati Hutomo. Album ini mampu mengobati kerinduan penggemar-penggemarnya karena dianggap Marcell terlalu lama menghilang. Album ini dianggap mewakili kelebihan-kelebihan album pertamanya antara lain lagu-lagunya yang catchy sekaligus juga kelebihan-kelebihan di album keduanya yaitu aransemen yang kuat dan sesuai dengan image-nya. Sebagai single pertama, dikeluarkanlah lagu ‘Candu Asmara’ yang merupakan reka ulang dari sebuah lagu lama yang pernah dinyanyikan oleh seorang ‘diva’ dangdut Indonesia, Cici Faramida, dan diciptakan oleh seniman besar Indonesia, Guruh Soekarno Putra. Single keduanya, ‘Berhenti Berharap’ diciptakan oleh Andre Dinuth, salah seorang gitaris sesionis Indonesia. Disusul dengan single ketiga, ‘Pantaskah’, sebuah lagu balada akustik yang diciptakannya bersama Tohpati. Di album ini juga terdapat satu lagu ciptaan Dewi Lestari yang dinyanyikan duet bersama salah satu finalis Indonesian Idol musim pertama yaitu Karen Pooroe yang berjudul “Bukan Lagu Cinta’.

Tahun 2009, Marcell membentuk sebuah grup band beraliran post-grunge bernama Konspirasi, yang ia bentuk bersama ketiga sahabatnya yaitu Edwin Syarif, yang juga merupakan gitaris kelompok band Cokelat, Candra ‘Che’ Johan yang merupakan vokalis dari kelompok band grunge ternama Indonesia yaitu Cupumanik serta Denny Hidayat, mantan bassis grup metal Perfect Minors yang juga seorang DJ. Mereka berempat memutuskan untuk kembali ke jalur DIY (Do-It-Yourself) movement, sama seperti Marcell ketika masih bersama Puppen dulu.

Selain dunia tarik suara, Marcell juga menjajal dunia peran dengan mencoba bermain di film layar lebar. Dalam film perdananya, ‘ANDAI IA TAHU’ (2002), Marcell bermain bersama Rachel Maryam. Tahun 2005, Marcell juga mencoba akting di layar kaca dalam sinetron produksi Sinemart arahan sutradara Maruli Ara berjudul ‘KAPAN KITA PACARAN LAGI?’ bersama Marcella Zalianty dan Davina Veronica dan berhasil masuk menjadi nominator Piala Vidia 2005 dalam kategori Aktor Pria Terbaik, serta sebuah sinetron lepas FTV arahan sutradara Arie Azis berjudul ‘PACAR SELEBRITIS’ bersama Kinaryosih.

[sunting] Kehidupan Pribadi

  • Marcell menikah dengan penyanyi, pencipta lagu dan penulis Dewi ‘Dee’ Lestari pada 12 September 2003 di Bandung. Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Keenan Avalokita Kirana yang lahir pada tanggal 5 Agustus 2004. Mereka berpisah secara damai pada tanggal 3 September 2008, dan kemudian menikah untuk kedua kalinya dengan mantan finalis Miss Singapore Universe 2001, aktor dan juga pembawa acara, Rima Melati Adams, yang berkewarganegaraan Inggris pada tanggal 28 Januari 2009 di Kampung Glam, Singapura.
  • Marcell adalah penyuka olah raga Tai-Chi, Wing Chun dan Chinese Boxing.
  • Marcell adalah seorang vegetarian dan penganut agama Buddha dengan nama upasaka Medhakumara. Marcell ditahbiskan secara resmi sebagai penganut agama Buddha pada upacara peringatan Hari Asadha tgl 29 Juli 2007 di Candi Mendut oleh Bhante Sri Paññavaro Mahanayaka Thera.

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Tokoh Penyanyi Terkenal

Anggun C. Sasmi   Leave a comment


Anggun Cipta Sasmi (lahir di Jakarta, 29 April 1974; umur 36 tahun) adalah penyanyi asal Indonesia yang saat ini telah memiliki kewarganegaraan Perancis. Ia merupakan putri dari Darto Singo, seorang seniman Indonesia dan Dien Herdina, seorang perempuan yang masih kerabat Keraton Yogyakarta.[1] Mengawali kariernya dengan tampil di panggung Ancol di usia 7 tahun,[2] Anggun kemudian merekam album anak-anak 2 tahun kemudian.[3] Di bawah bimbingan Ian Antono, Anggun memulai debutnya di Indonesia di tahun 1986 melalui album Dunia Aku Punya.[1] Pada usianya yang masih sangat muda Anggun telah berhasil menggapai puncak popularitasnya sebagai penyanyi rock di Indonesia dengan diraihnya penghargaan “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991”.[4][5] Pada tahun 1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mewujudkan impiannya menjadi artis bertaraf internasional. Dengan bantuan Erick Benzi, seorang komposer besar Perancis, pada tahun 1997, Anggun berhasil merilis album internasional pertamanya, Snow on the Sahara, di lebih dari 33 negara di seluruh dunia.[6][7][4]

Saat ini Anggun bermukim di Perancis dan Kanada untuk melanjutkan karier internasionalnya. Sejak tahun 1997, album-album Anggun direkam dalam dua bahasa, Inggris dan Perancis. Dengan 4 album internasionalnya, Anggun tercatat sebagai penyanyi Asia paling sukses di luar Asia.

Masa kecil

Anggun merupakan putri pertama dari pasangan Darto Singo, seorang seniman Indonesia dengan Dien Herdina, seorang ibu rumah tangga yang masih keturunan keraton Yogyakarta.[1] Anggun menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah di Jakarta, meskipun Anggun sendiri adalah Muslim. Anggun dibesarkan dalam keluarga yang penuh seni. Sejak usia 7 tahun Anggun digembleng latihan vokal setiap hari oleh ayahnya.[8] Anggun diajarkan berbagai latihan teknik vokal dengan penuh disiplin. Tidak hanya itu, Anggun juga diajarkan bermain piano. Dengan dimanajeri ibunya, Anggun kemudian mulai tampil di atas panggung, meskipun sering hanya dengan imbalan nasi bungkus.[8] Pada usia 9 tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekan album anak-anak.

Karier di Indonesia

Tua Tua Keladi (1990)

Saat menginjak usia 12 tahun, Anggun meluncurkan album rock pertamanya berjudul Dunia Aku Punya. Album tersebut diproduseri oleh gitaris rock terkenal Indonesia, Ian Antono.[1] Album pertamanya mendapat sambutan yang lumayan di akhir tahun 1980-an. Nama Anggun mencapai puncak popularitasnya di tahun 1990 setelah merilis singel berjudul “Mimpi”,[9] kemudian disusul “Tua Tua Keladi” dan “Takut” yang menjadi hits saat itu.[10] Anggun berhasil meraih penghargaan sebagai “Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991”.[4][5] Anggun kemudian merilis banyak singel dan album, mengantarkannya menjadi penyanyi rock remaja papan atas di era awal 1990-an.[4]

Di tengah puncak popularitasnya sebagai lady rocker di Indonesia, Anggun malah memutuskan untuk menikah muda pada tahun 1992 dengan Michel de Ghea, seorang warga negara Perancis. Anggun pertama kali bertemu dengan Michel saat mengadakan tour ke Banjarmasin.[8] Meskipun demikian, ternyata popularitas Anggun tidak meredup. Ia kemudian berhasil menjadi penyanyi termuda yang mendirikan perusahaan rekamanya sendiri, PT Bali Cipta Record.[5]

Hingga tahun 1994, Anggun sudah tercatat sebagai penyanyi mapan di Indonesia dengan penjualan mencapai jutaan kopi. Selain telah memiliki perusahaan rekaman sendiri, Anggun juga telah memproduseri sendiri albumnya.[11] Anggun telah merilis sebanyak 5 album solo yaitu Dunia Aku Punya (1986), Anak Putih Abu Abu (1991), Nocturno (1992), Anggun C. Sasmi… Lah!!! (1993) dan Yang Hilang (1994), ditambah belasan singel dan kompilasi.

1995–1996

Meninggalkan Indonesia dan masa-masa awal di Eropa

Pada tahun 1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan kariernya di Indonesia guna mewujudkan impiannya menjadi penyanyi bertaraf internasional. Ia kemudian menjual perusahaan rekamannya dan hijrah ke Eropa bersama suaminya, Michel de Ghea. Anggun menetap di London, Britania selama setahun untuk memulai kariernya lagi dari bawah. Ia rajin mengirim demo rekaman ke berbagai studio di Britania dan juga pergi ke klub-klub untuk memperkenalkan dirinya sebagai penyanyi. Biaya hidup yang tinggi di London, membuat uang hasil penjualan perusahaan rekaman Anggun habis sedikit demi sedikit.[13] Anggun pun harus menerima kekecewaan tatkala semua demo rekamannya tidak mendapat respon positif. Anggun akhirnya berada pada kesimpulan bahwa kariernya tidak akan pernah tumbuh di Britania dan berencana untuk memulai karier di negara Eropa lain. Ia sempat berniat pindah ke Belanda, namun kemudian ia beralih ke Perancis.

Dua tahun setelah meninggalkan Indonesia, Anggun akhirnya berhasil bertemu dengan Erick Benzi, salah seorang produser besar Perancis yang pernah menangani album sejumlah penyanyi kenamaan seperti Celine Dion, Jean-Jacques Goldman dan Jhonny Hallyday.[6] Benzi terpikat oleh kemampuan vokal Anggun dan seketika menawarkannya untuk rekaman album. Anggun kemudian terbang ke Manila, Filipina untuk mengikuti audisi Sony Music International. Dalam audisi tersebut, Anggun berhasil menyisihkan para penyanyi dari berbagai negara hingga akhirnya berhasil mendapat kontrak Sony untuk 5 album. Sebelum masuk dapur rekaman, Anggun mempelajari bahasa Perancis di Alliance Français selama sebulan.

1997–1999

[sunting] Album pertama dan kesuksesan internasional

Pada tanggal 24 Juni 1997, album pertama Anggun bertajuk Au nom de la lune dilepas ke pasaran Perancis. Singel pertama Anggun, “La neige au Sahara”, mendapat tempat di hati peminat musik Perancis bahkan hingga Belgia, Swiss dan Kanada.[5] Singel ini tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997 dan menjadi salah satu Hit Summer ’97.[6] Melalui album ini, kini Anggun berubah total dari seorang penyanyi rock tomboy menjadi penyanyi pop yang romantis dan sensual.[15][8][16] Album yang memuat elemen world music ditambah bunyi-bunyian instrumen tradisional Indonesia (tambur, seruling, kemiri) ini berhasil mereguk sukses dengan penjualan lebih dari 150.000 kopi di Perancis dan Belgia, menjadikannya seorang artis berbangsa Indonesia pertama yang berhasil meletakkan nama sejajar dengan artis-artis Perancis yang ada.[16][15]

Setahun berikutnya, Anggun meluncurkan versi bahasa Inggris dari album pertamanya dengan judul Snow on the Sahara. Album ini dirilis resmi di lebih dari 33 negara di Eropa, Asia, dan Amerika.[6][7][4] Album ini berhasil meraih sukses dengan penjualan mencapai lebih dari satu juta keping, menjadikan Anggun sebagai penyanyi Asia terlaris di luar Asia. Singel “Snow on the Sahara” seketika menjadi hit dan berhasil mencapai posisi puncak di 15 negara, termasuk Italia dan Spanyol.[17][7][18] Pada tahun 1999, singel ini juga berhasil menduduki posisi Top 5 pada UK Club Charts di Inggris dan terpilih sebagai lagu promo jam tangan mewah dunia, Swatch.[4][6]

[sunting] Debut di Amerika Utara

Album Snow on the Sahara dirilis di Amerika Serikat pada Mei 1998 oleh Epic Records.[3] Anggun melakukan tour selama sembilan bulan di negara itu untuk mempromosikan albumnya.[19] Saat berada di sana, Anggun diundang oleh penyanyi Sarah McLachlan untuk tampil di Lilith Fair, sebuah festival musik wanita berkeliling Amerika.[14] Anggun juga tampil di acara New York “Sessions at West 54th” dan menjadi satu-satunya penyanyi Asia yang mendapat kehormatan tampil pada acara Divas Live di Las Vegas.[20][21] Anggun sempat muncul di media Amerika, seperti majalah Billboard dan Rolling Stone.[4] Anggun juga beberapa kali tampil di TV Amerika, seperti dalam acara The Rossie O’Donnel Show dan wawancara di CNN Internasional dalam program World Beat.[14][22]

Dengan 3 singelnya, Anggun berhasil menoreh sejarah dengan menjadi penyanyi Asia pertama yang memasuki tangga lagu Billboard. Singel “Snow on the Sahara” mencapai posisi 16 di Billboard Hot Dance/Club Play serta posisi 19 di Billboard Border Breaker charts.[23][14] Lagu Anggun juga menduduki posisi kedua setelah Céline Dion dalam Billboard journalist’s favourite singles of ’98.[14] Meskipun cukup fenomenal, album Anggun ini terbilang gagal di Amerika dan tidak mampu menembus tangga album Billboard 200. Album ini menduduki peringkat 23 di Billboard Heat Seekers Chart dan sampai saat ini terjual sekitar 200.000 keping di seluruh Amerika.[24][19][25]

[sunting] 2000–2003

[sunting] Perceraian, pergantian kewargangaraan dan album kedua

Anggun akhirnya resmi becerai dengan Michel de Ghea pada tahun 1999. Tahun berikutnya, Anggun juga memutuskan melepaskan kewarganegaraan Indonesia-nya. Perpindahan kewarganegaraan Anggun ini sempat menuai kontroversi di tanah air dan banyak pihak mempertanyakan nasionalismenya. Pada acara Kick Andy tahun 2006, Anggun menyatakan bahwa ia berpindah kewarganegaraan akibat susahnya birokrasi KBRI sehingga menyusahkannya sebagai penyanyi yang punya jam terbang cukup tinggi di luar negeri. Anggun juga menyatakan bahwa yang berganti hanyalah warna paspornya, sementara ia sampai kapanpun akan tetap menjadi orang Indonesia.[8]

Album kedua Anggun dirilis pada tahun 2000 dengan judul Chrysalis (versi bahasa Inggris) dan Désirs contraires (versi bahasa Perancis). Album keduanya ini masih digarap oleh Erick Benzi, namun kali ini Anggun yang menulis semua lirik lagu berbahasa Inggris. Jika di album pertamanya bergenre etnik, maka kali ini Anggun mencoba unsur R&B dan Europop. Dirilis resmi di 15 negara di Eropa dan Asia, sayangnya album ini tidak lagi dirilis di Amerika Serikat, meskipun singel pertamanya sempat beberapa kali mengudara di radio-radio Amerika.

Album ini menelurkan hits berjudul “Still Reminds Me”. Singel ini berhasil menduduki Top 5 dalam The Music & Media Europe Brokers Breakers Charts dan mencapai posisi puncak di Asian United Chart. Khusus pasaran Asia Tenggara, Anggun merilis sebuah singel berbahasa Indonesia berjudul “Yang ‘Ku Tunggu”. Album kedua Anggun ini kembali terjual di atas satu juta keping, bahkan berhasil meraih Gold di Italia hanya dalam waktu seminggu.[7]

Pada akhir tahun 2000, Anggun mendapat undangan untuk tampil pada konser Natal di Vatikan bersama Bryan Adams. Anggun kemudia menggelar tur pertamanya keliling Eropa dan Asia. Konser pertama Anggun dimulai di Le Bataclan, Perancis pada 1 Februari 2001 dan berakhir di Kallang Theater, Singapura pada 30 April 2001.[6] Anggun juga tampil di berbagai acara musik internasional diantaranya World Music Awards, MTV Awards, Top of the Pops, Silver Screen Awards, Women Inspire Awards, dan lainnya.[7][26]

[sunting] Kolaborasi, pergantian label dan pernikahan kedua

Dari tahun 2001 hingga 2003, Anggun terlibat dalam banyak proyek kolaborasi. Dari sejumlah kolaborasi yang dilakukannya yang cukup sukses yaitu dengan DJ Cam dalam lagu jazz “Summer in Paris” (2001), dengan Deep Forest pada lagu bercengkok Sunda, “Deep Blue Sea” (2002) serta duet dengan penyanyi rock terkenal Italia, Piero Pelù dalam singel “Amore Immaginato” (2003). Singel duet Anggun dengan Piero Pelu bahkan berhasil menduduki posisi puncak National Italian Airplay Chart selama 2 bulan.[26]

Anggun juga terlibat dalam proyek 2 film besar Skandinavia, yaitu Anja & Viktor dan Open Hearts.[7] Anggun merilis sebuah lagu berjudul “Rain (Here Without You)” untuk Anja & Viktor di tahun 2001. Tahun berikutnya, Anggun merilis album soundtrack Open Hearts di tahun 2002.[27][28] Di album berbahasa Inggris ketiga ini, Anggun bekerja sama dengan 2 musisi asal Denmark, Jesper Winge Leisner and Niels Brinck. Singel dari album ini, “Open Your Heart”, dinominasikan meraih penghargaan “Best Song” pada Danish Film Awards 2003.[7]

Pencapaian karier Anggun mengantarkannya meraih sejumlah apresiasi. Ia dianugerahi penghargaan “The Cosmopolitan Asia Women Award” di tahun 2000 serta “The Women Inspire Award” di tahun 2002, sebagai penyanyi yang memberi inspirasi kepada seluruh wanita Asia atas kariernya sebagai penyanyi solo asal Asia yang sukses di dunia internasional.[29][4] Pada Januari 2003, Anggun hadir di MIDEM Awards untuk menerima penghargaan prestisius, Diamond Award, yang diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan Perancis. Penghargaan tersebut mengukuhkannya menjadi salah satu penyanyi berbahasa Perancis tersukses di luar Perancis.[7]

Pada tahun 2003 Anggun memutuskan untuk menghentikan kerja samanya dengan Sony Music, meskipun kotraknya belum selesai. Langkah ini diambil Anggun akibat telah berubahnya struktur perusahaan itu di berbagai negara.[30] Anggun juga memutuskan pindah ke Montreal, Kanada untuk memperlebar sayapnya di Amerika. Di sini pula Anggun kemudian bertemu jodoh dengan Olivier Maury, seorang sarjana politik Kanada dan mereka menikah di tahun 2004.

[sunting] 2004–2006

[sunting] Album ketiga hingga menjadi duta PBB

Anggun kembali tampil dengan album ketiganya berjudul Luminescence di tahun 2005. Berbeda dengan album-album terdahulu, kali ini untuk versi bahasa Perancis dan bahasa Inggris dirilis dengan judul yang sama. Setelah 5 tahun tidak merilis album studio, Anggun yang sebelumnya di bawah label Sony Music, kini pindah ke Universal.[27] Selain itu, di album ini posisi Erick Benzi sebagai produser telah digantikan oleh nama-nama tersohor dalam dunia musik Perancis seperti Jean-Pierre Taieb, Lionel Florence, Evelyn Kraal, dan Jean Faque. Album ini berhasil meraih status Platinum di Eropa dan 4x Platinum di Asia.[31]

Singel pertama dari album ini, “Être une femme”, telah dinobatkan sebagai Lagu Paling Populer Tahun 2004 oleh Radio France International, sebuah stasiun radio bertaraf internasional di Perancis. Versi berbahasa Inggrisnya, “In Your Mind”, merupakan lagu yang sangat populer di Asia. Di Timur Tengah, lagu ini berhasil mencapai posisi puncak tangga lagu Turki, Uni Emirat Arab, dan Lebanon. Singel kedua album ini, “Saviour”, juga menjadi hit dan terpilih sebagai soundtrack dari film box office, The Transporter 2.[15]

Pada ini, Anggun menerima sebuah penghargaan tertinggi “Chevalier des Arts et Lettres” dari pemerintah Perancis atas prestasi karier dan kontribusinya pada budaya Perancis di seluruh dunia.[32][33] Anggun juga ditunjuk sebagai juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Skim Mikrokredit, sebuah program pengentasan kemiskinan di seluruh dunia.[34] Anggun juga terpilih menjadi ambassador bagi Audemars Piguet, sebuah perusahaan jam tangan mewah dunia asal Swiss.[35]

[sunting] Best-Of

Pada tahun 2006, Anggun merilis ulang album Luminescence dengan menambahkan tiga lagu baru dan foto-foto terbaru. Singel terbarunya yaitu “Juste avant toi” atau “I’ll Be Alright” telah direkam secara rahasia di Jakarta dan Bali. Di Perancis, Swiss, Belgia, dan negara berbahasa Perancis lainnya, Luminescence Repackage dipasarkan pada 21 Agustus 2006. Sebuah buku foto Anggun disertakan dalam setiap pembelian album tersebut. Pada tahun tersebut, Anggun juga melakukan duet dengan penyanyi legendaris Julio Iglesias dalam lagu “All of You”.[36]

Bertempat di Jakarta Convention Center, pada tanggal 25 Mei 2006, Anggun menggelar konser tunggalnya di Indonesia secara besar-besaran. Tiket yang disediakan yakni sebanyak 5.000 lembar seluruhnya habis terjual.[15][37] Kompas menyebutnya sebagai salah satu konser terspektakuler sepanjang tahun. Anggun kemudian menerima penghargaan khusus dari Anugerah Musik Indonesia sebagai “Artis Internasional Terbaik”.[38][39] Anugerah khas itu diberikan atas keberhasilannya mengukir nama di luar negeri dan menaikan nama industri musik Indonesia di mata internasional. Menutup tahun itu, Anggun merilis kompilasi terbaik berjudul Best Of. Album ini menampilkan hits Anggun selama karier internasionalnya, ditambah tiga lagu lawas Anggun: “Mimpi”, Bayang-Bayang Ilusi” dan “Takut”, yang dinyanyikan ulang dengan iringan Andy Ayunir dan Orkestra Saunine.[40]

[sunting] 2007–sekarang

[sunting] Elevation

Pada tahun 2007, Anggun terlibat dalam penggarapan film dokumenter berjudul Un Jour Sur Terre atau Earth. Anggun bertindak sebagai narator dan merilis singel soundtrack dari film tersebut. Di akhir tahun 2008, Anggun merilis album keempatnya bertajuk Elevation. Di album ini, Anggun mengubah total aliran musiknya dengan memasukan jenis musik hip hop dan urban.[41][42] Anggun menggandeng produser hip hop asal Amerika Serikat, Tefa dan Masta. Anggun juga berkolaborasi dengan sejumlah penyanyi rap diantaranya Pras Michel (personel The Fugees), Sinik dan Big Ali serta Laurent Wolf dan Tomer G. untuk meremix lagu-lagunya.[43] Di Indonesia, sebelum dirilis resmi pada 1 Desember 2009, album ini bahkan telah mendapat penghargaan Double Platinum.[44][45]

Singel pertama dari album ini yaitu “Si tu l’avoues” untuk pasaran Perancis, “Crazy” untuk pasaran internasional, serta “Jadi Milikmu” untuk pasaran Indonesia.

Pada tahun 2009, Anggun menggelar konser di 4 kota di Indonesia bertajuk “Crazy Phenomenal”. Dalam pegelaran ini Anggun menggandeng sejumlah penyanyi populer Indonesia, di antaranya Bunga Citra Lestari, Dewi Sandra, Pinkan Mambo, dan Glenn Fredly.

[sunting] Kehidupan pribadi

Pada tahun 1992, Anggun menikah muda dengan dengan Michel de Ghea, seorang pria berkebangsaan Perancis. Konon pernikahan ini awalnya kurang disetujui oleh pihak keluarga Anggun karena perbedaan usia yang besar dan usia Anggun yang masih terlalu muda untuk menikah. Bersama Michel, Anggun kemudian hijrah ke Eropa untuk mewujudkan mimpi besarnya. Pasangan ini menetap di London, Inggris sejak tahun 1994, lalu kemudian pindah ke Paris, Perancis. Namun sayangnya setelah 7 tahun, pernikahan ini kandas di tahun 1999.

Sejak menetap di Montreal, Kanada pada tahun 2003, Anggun mulai menjalin hubungan dengan Oliver Maury, seorang sarjana politik Kanada. Setahun berikutnya, hubungan ini berlanjut ke jenjang perkawinan melalui upacara sederhana di Bali. Maury kemudian diangkat sebagai manajer Anggun. Namun kemudian pernikahan ini kembali kandas di tahun 2006.

Anggun kemudian menjalin hubungan dengan Cyril Montana, seorang penulis Perancis. Pada 8 November 2007, Anggun melahirkan putri pertamanya yang diberi nama Kirana Cipta Montana Sasmi.[46][47]

[sunting] Aktivitas lain

[sunting] Aktivitas sosial

Anggun merupakan salah satu artis yang sangat peduli pada masalah sosial. Sejak karier internasionalnya, Anggun telah terlibat dalam banyak proyek album amal, diantaranya Ensemble contre le Sida (1998), Les enfoires (1999), Les Restos du coeur (1999), Echoes from Earth (2000), Les voix de l’espoir (2001), Gaia (2002), le Concert pour la Paix (2003), Genesis (2004) (duet bersama Peter Gabriel), “L’or de nos vies” (2005) (singel kampanye melawan AIDS), “Pour que tu sois libre” (singel amal tahun 2007). Anggun juga telah banyak mengadakan konser-konser amal bersama para musisi di Eropa, sebut saja Konser Melawan AIDS di tahun 2006 di Monako dan Konser Melawan Malaria di Swiss yang didukung beberapa musisi dari 5 benua.[48].

Pada tahun 2005, Anggun dinobatkan sebagai ambassador atau juru bicara Perserikatan Bangsa Bangsa untuk skim mikrokredit. Anggun ditunjuk PBB untuk menyukseskan pengentasan kemiskinan di negara-negara berkembang di seluruh dunia.[34] Pada tahun 2007, Anggun juga terpilih sebagai “Marraine de l’environnement” (duta lingkungan hidup) serta mendapat penghargaan “Le Grand Couer de l’annee” atas kontribusinya dalam sejumlah permasalahan sosial dan lingkungan hidup di Perancis.[49] Di Indonesia, pasca tsunami menyerang negara-negara Asia pada tahun awal tahun 2004, Anggun terbang ke Aceh untuk membantu rehabilitasi di sana.

[sunting] Produk iklan

Anggun merupakan salah satu penyanyi yang tidak terlalu tertarik dengan bidang di luar dunia tarik suara, termasuk menjadi duta atau model iklan. Ia sudah sering menolak tawaran iklan yang datang padanya. Menurut Anggun, ia memang sengaja menunda keinginannya untuk menjadi bintang iklan, karena menurut adat di Eropa, bila menolak tawaran, reputasi malah semakin meningkat.[35] Pada tahun 2005, Anggun untuk pertama kalinya menerima tawaran sebagai duta dari produk jam tangan mewah asal Swiss, Audemars Piguet.[35]

Pada tahun 2008, Anggun kembali menerima tawaran sebagai ambassador dari produk sampo asal Amerika Serikat, Pantene, serta merek susu asal Selandia Baru, Anlene.[50] Awalnya Anggun sempat menolak tawaran Anlene, tapi karena misi yang di bawa Anlene untuk pemberantasan osteoporosis di Indonesia, Anggun pun tertarik menjadi duta produk Anlene.[51]

[sunting] Keartisan dan citra

Di awal kariernya sebagai penyanyi rock, Anggun amat dikenal akan penampilannya yang tomboi dan khas. Gaya berbusananya saat itu: menggunakan baret miring, celana pendek, jaket paku-paku, dan sepatu boot, sempat menjadi tren di era awal 1990-an. Namun, sejak bertransformasi menjadi penyanyi internasional di tahun 1997, Anggun mengubah total genre musik termasuk penampilannya menjadi lebih feminin dan seksi. Penampilan khas wanita Asia dengan rambut hitam panjang dan kulit sawo matang merupakan ciri khas yang selalu dipertahankannya. Untuk menunjang penampilannya, Anggun telah banyak mendapat bantuan para desainer kondang dari seluruh dunia, diantaranya Azzedine Alaïa, Dolce & Gabbana, Roberto Cavalli dan lainnya. Berkat penampilannya, Anggun didaulat sebagai juri dalam kontes kecantikan Miss France 2009.[26]

Akibat penampilannya yang terlalu seksi, Anggun pernah tersandung masalah pornografi. Video klip “Saviour” milik Anggun yang dirilis tahun 2006 sempat dicekal di Indonesia karena terganjal RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi yang saat itu sedang hangat-hangatnya dibahas.[52] Anggun merasa kecewa dan menyatakan penolakannya terhadap RUU tersebut.

Anggun juga dikenal sebagai penyanyi Asia yang berkarakter kuat dan sangat menjiwai lagu-lagunya. Anggun memiliki jenis vokal kontralto yang cukup kuat dan powerfull dengan jangkauan lebih dari 3 oktaf.[53][54] Dengan modal vokalnya, Anggun mampu menyanyikan hampir seluruh genre musik mulai dari rock, pop, etnik, jazz, elektronika, urban, house, R&B, hingga hip hop.

Pada tahun 2010, rencananya film yang dibintangi oleh Anggun yang berjudul “Ces Amours La” yang disutradarai oleh sutradara pemenang Oscar, Claude Lelouch akan dirilis. Film ini dibintangi oleh sejumlah artis-artis Perancis ternama yaitu, Samuel Labarthe, Dominique Pinon, Jacky Ido, Gilles Lemaire, Judith Magre, Anouk Aimée, Zinedine Soualem, Liane Foly, Boris Ventura Diaz, Christine Citti, Gisèle Casadesus, Anggun, Salomé Lelouch dan Lise Lamétrie.

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Tokoh Penyanyi Terkenal

I Gusti Ngurah Rai   Leave a comment


Brigjen TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai (lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30 Januari 1917 – meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia, 20 November 1946 pada umur 29 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia dari Kabupaten Badung, Bali.

Ngurah Rai memiliki pasukan yang bernama “Ciung Wenara” melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana. (Puputan, dalam bahasa bali, berarti “habis-habisan”, sedangkan Margarana berarti “Pertempuran di Marga”; Marga adalah sebuah desa ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali)

Bersama 1.372 anggotanya pejuang MBO (Markas Besar Oemoem) Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) dibuatkan nisan di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan. Detil perjuangan I Gusti Ngurah Rai dan resimen CW dapat disimak dari beberapa buku, seperti “Bergerilya Bersama Ngurah Rai” (Denpasar: BP, 1994) kesaksian salah seorang staf MBO DPRI SK, I Gusti Bagus Meraku Tirtayasa peraih “Anugrah Jurnalistik Harkitnas 1993“, buku “Orang-orang di Sekitar Pak Rai: Cerita Para Sahabat Pahlawan Nasional Brigjen TNI (anumerta) I Gusti Ngurah Rai” (Denpasar: Upada Sastra, 1995), atau buku “Puputan Margarana Tanggal 20 November 1946” yang disusun oleh Wayan Djegug A Giri (Denpasar: YKP, 1990).

Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (anumerta). Namanya kemudian diabadikan dalam nama bandar udara di Bali, Bandara Ngurah Rai.

Posted 30/07/2010 by alpianchandra in Bali

Dewi Sartika   Leave a comment


Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – wafat di Tasikmalaya, 11 September 1947 dalam umur 62 tahun) adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.

Biografi

Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Meski melanggar adat saat itu, orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika, ke sekolah Belanda pula. Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya (kakak ibunya) yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka. Dari pamannya, beliau mendapatkan didikan mengenai kesundaan, sedangkan wawasan kebudayaan Barat diperolehnya dari berkat didikan seorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda.

Bakat pendidik

Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, mengajari baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.

Waktu itu Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan. Gempar, karena di waktu itu belum banyak anak-anak (apalagi anak rakyat jelata) memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.

Beranjak remaja

Ketika sudah mulai remaja, Dewi Sartika kembali ke ibunya di Bandung. Jiwanya yang semakin dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, pamannya sendiri, yang memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta dapat mewujudkan cita-citanya. Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namu karena kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.

Menikah

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seseorang yang memiliki visi dan cita-cita yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada waktu itu merupakan Sekolah Latihan Guru.

Mendirikan sekolah

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, dan sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu

Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara, pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang; Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo kabupaten Bandung.

Setahun kemudian, 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, membuktikan kepada bangsa kita bahwa perempuan memiliki kemampuan yang tak ada bedanya dengan laki-laki. Tahun 1910, menggunakan hartanya pribadi, sekolahnya diperbaiki lagi sehingga bisa lebih mememnuhi syarat kelengkapan sekolah formal.

Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh. Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di kota kewedanaan.

Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi “Sakola Raden Déwi”. Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.

Posted 27/07/2010 by alpianchandra in Bandung